9/05/2006

Say it with Flowers

Pernah mengamati bunga? Iya, bunga yang menjadi bagian dari tumbuhan, bukan bunga dalam arti kiasan semacam bunga riba atau bunga tabungan. Pernah memperhatikan mereka, tak sekedar melihat sepintas saja, tapi mengamati dengan sungguh-sungguh bentuk, rupa, dan warnanya?

Nah, di halaman rumah tempat aku tinggal tumbuh banyak jenis bunga. Yang terbanyak dari jenis anggrek. Jenis lainya aku tak hafal namanya. Tapi ternyata aku tak sanggup menyebutkan namanya satu persatu. Anggrek yang berjenis-jenis itu cukup aku sebut sebagai: anggrek. Kenyataan ini membuktikan bahwa aku juga jarang mengamati bunga. Nah, kalau aku sendiri tak tahu apa-apa tentang bunga, lantas kenapa aku posting catatan ini? Begini ceritanya.
Ternyata, setelah aku baca-baca di beberapa situs internet, tiap jenis bunga punya makna simbolis tersendiri, terutama di kalangan masyarakat Barat. Contohnya saja bunga mawar merah melambangkan "hasrat cinta yang membara". Lalu ada mawar kuning yang berarti "sedang sendiri". Masih banyak arti bunga yang lain yang tak lagi aku ingat satu per satu. Asosiasi ini sering dipakai untuk memanfaatkan bunga sebagai sarana menyampaikan sesuatu. "Say it with flowers" begitu pameo yang sering kita dengar. Termasuk yang pernah memanfaatkan bunga ini untuk "say it with flowers" adalah diriku.

Kali pertama aku mengatakan sesuatu dengan bunga adalah ketika isteriku wisuda di kampus STT Telkom tahun 2003. Sebenarnya aku sedang di Malang saat itu. Aku memanfaatkan kebaikan hati Wied untuk membelikannya untukku sekaligus mengirimkan ke alamat isteriku di Bandung. Tentu saja kebodohanku membuat ucapan selamat hanya terkirim lewat secarik kertas, bukan tersampaikan secara simbolis lewat jenis bunganya. Sebab aku memang tak tahu jenis bunga dan makna simbolisnya. Kali kedua, adalah ketika isteriku ulang tahun, bulan november 2005. Ini juga ada cerita tersendiri.

Saat itu, aku baru setahun tinggal di Tangerang. Aku tak tahu peta, lokasi dan tempat-tempat penjualan bunga di Serpong. Tapi aku ingat bahwa di daerah Pasar Lama Tangerang (satu jam naik angkot dari rumah) ada kios florist. Sehari sebelum ulang tahun isteriku, aku sudah hunting bunga mawar. Tentu saja aku tak mengatakan dengan jujur ketika isteriku menanyakan aku mau ke mana. Sebab aku ingin bikin kejutan dengan meletakkan bunga dan sehelai puisi di kamar besok pagi tanpa sepengetahuan isteriku.

Maka aku membawa bunga dengan hati-hati agar tidak rusak, lalu meletakkan di bawah tempat tidur. Aku menyiapkan segelas air sebagai vas bunga agar mereka tak layu besok pagi dan berupaya sekuat tenaga agar mereka tak terlihat oleh isteriku hingga besok pagi. Lalu aku memikirkan kata-kata yang akan kurangkai menjadi puisi (yang ternyata baru bisa kutuliskan esok paginya).

Keesokan harinya, senua berjalan sesuai rencana. Walaupun aku tak tahu arti simbolis dari bunga yang aku berikan, tapi isteriku sepertinya senang dengan kado kecilku itu. Sebenarnya aku tak tahu apa asosiasi orang terhadap bunga mawar merah muda. Tapi kalau kita amati, bentuknya memang indah ditambah dengan warna jambonnya yang menyiratkan kesegaran. Aku sih berharap, mawar jambon itu akan sampai ke benak isteriku dalam bentuk pesan: "Rasa sayangku padanya selalu aku segarkan kembali, sesegar warna merah muda pada mawar yang aku berikan padanya." Aku tak peduli jika ternyata orang lain (terutama orang barat) punya asosiasi yang berbeda dengan anggapanku tentang mawar merah muda ini. Biarlah dia tahu bahwa puisi dan bunga yang aku berikan mewakili sebagian perasaanku padanya. Memang tak mungkin dua hal tadi mewakili seluruhnya, sebab cinta memang wilayah tanpa kata. Tapi setidaknya dia percaya, bahwa aku sungguh-sungguh mencintainya.

No comments: