1/23/2007

Kebahagiaan Seorang Suami

Kapan saat paling membahagiakan sebagai seorang suami? Buatku, moment itu datang setiapkali sehabis shalat berjamaah, lalu istriku menyalami dan mencium tanganku dengan penuh perasaan. Entah apa yang ia rasakan, tapi jelas, ia sangat menghayati situasi itu.

Barangkali aku menjadi merasa sangat bahagia, kerena merasa bahwa istriku ternyata tulus menerimaku sebagai suaminya. Mungkin juga karena merasa yakin, betapa seorang istri yang bersedia mencium tangan suaminya, telah tulus ikhlas menyiapkan dirinya untuk berbakti kepada suaminya dengan penuh khidmat. Keyakinan ini memang bisa saja hanya perasaan semu atau sekadar GeeR saja. Tapi kemungkinan itu segera terhapus tatkala menjumpai senyum dan tatapan lembutnya yang penuh rasa. Cinta. Sayang. Ikhlas. Pengorbanan. Itulah kesan yang hinggap dalam dada. Memang tak banyak kata-kata yang terucap, karena suasana telah membuatku melayang, meskipun saat itu aku dan istriku masih berada di atas sajadah.

Rasulullah pernah mengatakan, bahwa "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah." Mungkin statement Nabi ini bisa menjadi penjelasan, kenapa saat-saat sehabis shalat berjamaah berdua itu begitu membuai. Saat ketika diri ini begitu yakin akan kesetiaan istri untuk tetap menerima suaminya apa adanya, serta sikap yang menyatakan kesediannya untuk mengabdi dan berbakti sepenuh hatinya. Saat ketika hati ini begitu mantap mengatakan, bahwa dia adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia.